Laman

Jumat, 05 Oktober 2012

CERUK PASAR ATAU NICHE MARKET

Apa ceruk pasar itu? Dalam bahasa ekonomi ceruk pasar (niche market) dipahami sebagai segmen pasar yang spesifik. Dimana segmen pasar ini belum terlayani dengan baik oleh pelaku bisnis yang berskala besar atau memiliki market share tinggi. Jika anda pelaku bisnis baru, maka anda harus jeli memperhatikan ceruk pasar ini. Ceruk Pasar atau Niche Market dapat diartikan sebagai celah pasar yang dapat direbut oleh produsen/pedagang dari kompetitor yang memasarkan suatu produk sejenis sehingga jumlah konsumen semakin banyak lagi yang terjaring memanfaatkan / membeli produk mereka. 
Contoh perebutan ceruk pasar sudah sangat terlihat secara kasat mata. Contoh yang paling sering kita lihat dan dengar adalah persaingan memperebutkan Konsumen diantara Operator telepon seluler. Telkomsel dengan kartu As / Simpati, Indosat dengan Mentari / IM3, XL Axiata dengan XL-nya, dan lain sebagainya. Sesama Operator saling memperebutkan pasar dengan mengeluarkan strategi-strategi marketing dengan terlebih dahulu melakukan survey dan evaluasi atas apa yang dibutuhkan oleh Konsumen dan sembari melihat kelemahan-kelemahan competitor.

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan bisnis ialah dengan menggarap niche market atau ceruk-ceruk pasar khusus. Menggarap ceruk pasar khusus (niche marketing) ini juga merupakan salah satu cara yang terbukti cukup ampuh bagi para entrepreneur pemula agar bisa survive dalam merintis bisnisnya. Sesuai namanya, niche market memang bukan pasar yang massal yang populasinya sangat luas. Namun niche market ini ceruk yang lebih spesial dan bisa digarap lebih dalam. Selain itu target pasarnya lebih jelas dan karakteristiknya lebih homogen sehingga memudahkan kita dalam melayani sektor ini. Kalau kita cukup jeli sebenarnya di setiap segmen pasar selalu ada niche market yang bisa dikembangkan dan digarap, hanya saja kita ini sering tidak menyadarinya bahwa ternyata ceruk itu ada, sangat potensial dan bisa digarap jadi duit. Kita baru tersentak setelah ada pelaku bisnis lain yang sukses menekuni di ceruk pasar itu. Sebenarnya di Indonesia banyak sekali contoh2 pelaku bisnis dan entrepreneur yang survive berkat kejeliannya mengembangkan niche market (ceruk-ceruk pasar khusus) seperti itu. Mungkin sudah ada yg familier dengan nama Frontier Markating Research, dia sangat kuat untuk riset pemasaran di industri consumer good. Yang jelas niche market ini bisa dicari dan dikembangkan di tiap industri, hanya saja memang kita harus jeli dan realistik. Banyak enterepreneur yang sukses dan bertahan lama di bisnisnya karena strategi ini. Sudah banyak yang membuktikan bahwa dengan membidik ceruk-ceruk khusus itu ternyata bisa ‘hidup’, survive, secara berkelanjutan. Kalau kita hendak mengembangkan bisnis, kita tak perlu serakah dan bernafsu untuk melayani semua segmen pasar sekaligus. Nggak usah kemaruk. Apalagi saat perintisan. Selain sulit mengarahkan strategi kita, menggarap pasar yang massal itu biasanya persaingannya lebih ketat karena umumnya pasarnya sudah diketahui khalayak umum. Lebih baik memulai mengembangkan ceruk2 khusus (niche market) yang potensial dan dekat dengan kita, dan yang kita sudah punya pengetahuan dan kompetensi untuk melayani pasar itu. Dengan cara itu target market kita menjadi lebih jelas dan otomotis lebih mudah mengarahkan bidikan termasuk program promosi. Tentu, kalau kita sudah punya basis pasar yang kuat di niche market, bolehlah kita mulai melirik pasar yang lebih besar. Jadi, cobalah memulai mengembangkan niche market di dekat kita, siapa tahu ceruk itu menjadi jembatan sukses yang tak terbayangkan sebelumnya.


Keuntungan mengembangkan niche market adalah:
  • Merupakan salah satu cara beriklan yang efektif karna terfokus pada kelompok pasar yang spesifik.
  • Jika memilih niche market, kompetisi akan berkurang sehingga akan mempermudah untuk memasarkan produk atau jasa kita.
  • Lebih mudah dan lebih murah untuk menjangkau konsumen yang akan dibidik. Ini karena niche market mempunyai target yang sfesifik tidak terlalu luas, sehingga perusahaan bisa lebih focus untuk mengembangkan pasar tersebut.
  • Niche market memenuhi kebutuhan pelanggan yang unik, dengan mengetahui masalah dan kebutuhan pelanggan yang unik perusahaan bisa menawarkan sesuatu untuk memenuhi keinginan tersebut. Dan karena yang ditawarkan itu yang dicari kebutuhan makan demand nya pun akan tinggi.
  • Niche market memungkinkan untuk membuat prduk atau sesuatu yang unik dan menguntungkan. Jika kita sudah tau apa keinginan konsumen, apa masalah yang sedang di hadapi maka berarti kita sudah menang satu langkah. Karna makin banyak kita mengenal prospek, makin bagus peluang kita untuk menawarkan sesuatu yang mereka butuhkan.
  • Memilih niche market berarti memilih bisnis yang unik. Jika kita menawarkan sesuatu yang unik kepada pelanggan atau bisa jadi perusahaan kita yang pertama membuat produk unik tersebut makan dijamin produk kita akan di ingat lebih lama oleh para konsumen bahkan selamanya. Seperti yang terjadi pada merk air mineral AQUA. Sampai sekarang orang-orang menyebur air mineral dalam kemasan cenderung menyebut dengan sebutan AQUA, padahal dluaran banyak sekali merk-merek air mineral namun masyarakan cenderung mengingat aqua sebagai merek yang pertama kali muncul.
  • Membidik niche market memungkinkan kita menjadi ahli dalam bidang tersebut. Dengan membidik niche market mau tak mau kita jadi terpacu untuk menggali informasi lebih dalam mengenai produk kita lebih dalam sehingga bisa menjawab semua pertanyaan-pertanyaan dari konsumen. Lama kelamaan kita akan menjadi expert atau ahlinya dari produk tersebut.
  • Jumlah niche market tidak terbatas. Seperti kita ketahui disetiap pasar sebenarnya terdapat ceruk-ceruk yang sangat potensial untuk digarap. Jadi sebenarnya kita masih sangat banyak mempunyai peluang untuk menggarap niche market dan mengembangkannya.
Contoh real dari pemanfaatan niche market adalah metro tv. Perusahaan yang bergerak di bidang siara televise ini menggarap pasar yang belumdisadari para kompetitorya yaitu akan kebutuhan informasi yang up to date. Selai itu metro tv juga menyajikan siaran berita dalam berbagai bahasa. Sudah jelas bahwa target pasar dari metro tv tidak luas atau hanya cerk-ceruk saja yaitu orang-orang asing yang tinggal di Indonesia namun tidak megerti bahasa Indonesia tapi tetap butuh akan informasi yang upto date.

WINDOW SHOPPING




“Window shopping” is an activity that shoppers engage in by browsing shops with no intent to purchase, possibly just to pass the time between other activities, or to plan a later purchase.
Kalau kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia, maksud istilah tersebut adalah suatu aktivitias yang dilakukan oleh pembeli dengan cara melihat-lihat barang yang dijual dari satu toko ke toko lainnya tanpa ada keinginan untuk membeli. Kemungkinan, dilakukan hanya sekadar untuk mengisi waktu luang sebelum melakukan aktivitas lain atau memang berencana untuk membeli barang tersebut di masa yang akan datang.

IMPULSE BUYING

Impulse buying adalah perilaku konsumen yang melakukan pembelian secara spontan, tanpa perncanaan terlebih dahulu. Ada beberapa faktor yang menyebabkan orang membeli sesuatu diluar rencana, yaitu :
1. Hasrat untuk mencoba barang atau merk baru.
2. Pengaruh dari iklan yang ditonton sebelumnya.
3. Display dan kemasan produk yang menarik.
4. Bujukan Salesman atau Sales Promotion Girl.

Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen, produk dapat dibagi menjadi dua kategori :
  1. Produk dengan kategori high involvement : produk yang membutuhkan pertimbangan dan perhatian khusus sebelum membeli, misalnya : mobil, rumah, laptop, handphone, sepeda motor, dll. Dalam membeli produk jenis high involvement ini, biasanya konsumen telah merencanakan dan mempertimbangkannya terlebih dahulu, misalnya : merencanakan budgetnya, memperhatikan spesifikasi produknya, kalau membeli rumah, harus pertimbangkan lokasinya, dll.Kesalahan dalam membeli produk ini, akan beresiko cukup besar, baik resiko keuangan maupun non keuangan.
  2. Produk dengan kategori low involvement : produk yang tidak membutuhkan perhatian khusus sebelum membeli, misalnya : permen, coklat, dll. Pada saat konsumen membeli produk kategori low involvement ini, biasanya mereka tidak merencanakannya dan mempertimbangkannya secara khusus, misalnya : nabung dulu beberapa waktu sebelum membeli permen, atau memeriksa kandungan bahan di dalam permen, dsb.Dan, berbeda dengan pembelian produk high involvement, pembelian produk jenis low involvement ini tidak memiliki resiko sama sekali. 

Produk low involvement diataslah yang mendorong orang melakukan impulse buying.
Strategi produsen dalam menjaring impulse buying diantaranya adalah sebagai berikut :
  1.  Komunikasi atau promosi harus mind catching, misalnya : menggunakan publik figur sebagai bintang iklan.
  2.  Distribusi : produk harus semudah mungkin diakses oleh konsumen, misalnya : meletakkan produk (permen,coklat,batu battery, dan produk low involvement lainnya) di kasir swalayan atau toko. 
  3. Display produk yang menarik. Sebagian besar konsumen yangmelakukan impulse buying adalah wanita dan anak-anak. Dan mereka biasanya tertarik dengan kemasan produk yang menarik. Mengapa fokus pada anak anak ? Walaupun mereka bukan yang pegang uang, dan tidak memiliki purchasing power yang independen, namun anaka-anak merupakan influencer yang tinggi dalam memilih barang. Bayangkan bila si kecil tiba-tiba mogok didepan barang yang diinginkannya, tentu orang tua tidak punya pilihan lain selain mengabulkan permintaannya.
  4. Produk yang inovatif : konsumen cenderung mencoba produk produk baru. Dan, bisanya produk yang hanya rata rata, memiliki potensi yang rendah dalam menarik impulse buying. Usahakan produk Anda seinovatif mungkin, baik dari kualitas maupun kemasannya.

Sumber: http://id.shvoong.com/business-management/marketing/2024568-impulse-buying/#ixzz28TXVi9Im

PERILAKU KONSUMEN


Pengertian
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Konsumen adalah seseorang yang menggunakan barang atau jasa. Konsumen diasumsikan memiliki informasi atau pengetahuan yang sempurna berkaitan dengan keputusan konsumsinya. Mereka tahu persis kualitas barang, kapasitas produksi, teknologi yang digunakan dan harga barang di pasar. Mereka mampu memprediksi julah penerimaan untuk suatu periode konsumsi. Berikut ini adalah wujud dari konsumen.
1. Personal Consumer
Konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk penggunaannya sendiri.
2. Organizational Consumer
Konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan organisasi tersebut.
Pendekatan Perilaku Konsumen
Pendekatan perilaku konsumen terbagi dua yaitu:
1. Teori Kardinal ( Cardinal Theory)
Teori Kardinal menyatakan bahwa kegunaan dapat dihitung secara nominal,sebagaimana kita menghitung berat dengan gram atau kilogram,panjang dengan centimeter atau meter. Sedangkan satuan ukuran kegunaan (utility) adalah util. Keputusan untuk mengkonsumsi suatu barang berdasarkan perbandingan antara manfaat yang diperoleh dengan biaya yang harus dikeluarkan. Nilai kegunaan yang diperoleh dari konsumsi disebut utilitas total (TU). Tambahan kegunaan dari penambahan suatu unit barang yang dikonsumsi disebut utilitas marjinal (MU). Total uang yang harus dikeluarkan untuk konsumsi adalah jumlah unit barang dikalikan harga per unit.
2. Teori Ordinal ( Ordinal Theory )
a. Kurva Indiferensi ( Indiference Curve )
Menurut Teori Ordinal, kegunaan tidak dapat dihitung tetapi hanya dapat dibandingkan, sebagaimana kita menilai kecantikan atau kepandaian seseorang. Untuk menjelaskan pendapatnya, Teori Ordinal menggunakan kurva indiferensi (indiferensi curve). Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberika tingkat kepuasan yang sama bagi seorang konsumen. Suatu kurva indiferensi atau sekumpulan kurva indiferensi (yang disebut peta indiferensi atau indifference map), dihadapi oleh hanya seorang konsumen. Asumsi-asumsi Kurva Indiferensi :
1) Semakin jauh kurva indiferensi dari titik origin, semakin tingi tingkat kepuasannya.
2) Kurva indiferensi menurun dari kiri ke kanan bawah ( downward sloping ), dan cembung ke titik origin ( convex to origin) atau adanya kelangkaan.
3) Kurva indiferensi tidak saling berpotongan agar asumsi transitivitas terpenuhi
b. Kurva Garis Anggaran ( Budget Line Curve )
Garis Anggaran (budget line) adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang yang membutuhkan biaya (anggaran) yang sama besar. Misalnya garis anggaran dinotasikan sebagai BL, sedangkan harga sebagai P ( Px untuk X dan Py untuk Y ) dan jumlah barang yang dikonsumsi adalah Q ( Qx untuk X dan Qy untuk Y ), maka:
BL = Px.Qx + Py.Qy
c. Perubahan Harga Barang dan Pendapatan
Perubahan harga dan pendapatan akan mempengaruhi daya beli, diukur dari besar luas bidang segi tiga yang dibatasi kurva garis anggaran. Bila luas bidang segitiga makin luas,maka daya beli meningkat,begitu juga sebaliknya.
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
1. Faktor Sosial
a. Grup
Sikap dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak grup-grup kecil. Kelompok dimana orang tersebut berada yang mempunyai pengaruh langsung disebut membership group. Membership group terdiri dari dua, meliputi primary groups (keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja) dan secondary groups yang lebih formal dan memiliki interaksi rutin yang sedikit (kelompok keagamaan, perkumpulan profesional dan serikat dagang). (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp. 203-204).
b. Pengaruh Keluarga
Keluarga memberikan pengaruh yang besar dalam perilaku pembelian. Para pelaku pasar telah memeriksa peran dan pengaruh suami, istri, dan anak dalam pembelian produk dan servis yang berbeda. Anak-anak sebagai contoh, memberikan pengaruh yang besar dalam keputusan yang melibatkan restoran fast food. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.204).
c. Peran dan Status
Seseorang memiliki beberapa kelompok seperti keluarga, perkumpulan-perkumpulan, organisasi. Sebuah role terdiri dari aktivitas yang diharapkan pada seseorang untuk dilakukan sesuai dengan orang-orang di sekitarnya. Tiap peran membawa sebuah status yang merefleksikan penghargaan umum yang diberikan oleh masyarakat (Kotler, Amstrong, 2006, p.135).
2. Faktor Personal
a. Situasi Ekonomi
Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk, contohnya rolex diposisikan konsumen kelas atas sedangkan timex dimaksudkan untuk konsumen menengah. Situasi ekonomi seseorang amat sangat mempengaruhi pemilihan produk dan keputusan pembelian pada suatu produk tertentu (Kotler, Amstrong, 2006, p.137).
b. Gaya Hidup
Pola kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan, dan opini orang tersebut. Orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda (Kotler, Amstrong, 2006, p.138)
c. Kepribadian dan Konsep Diri
Personality adalah karakteristik unik dari psikologi yang memimpin kepada kestabilan dan respon terus menerus terhadap lingkungan orang itu sendiri, contohnya orang yang percaya diri, dominan, suka bersosialisasi, otonomi, defensif, mudah beradaptasi, agresif (Kotler, Amstrong, 2006, p.140). Tiap orang memiliki gambaran diri yang kompleks, dan perilaku seseorang cenderung konsisten dengan konsep diri tersebut (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.212).
d. Umur dan Siklus Hidup
Orang-orang merubah barang dan jasa yang dibeli seiring dengan siklus kehidupannya. Rasa makanan, baju-baju, perabot, dan rekreasi seringkali berhubungan dengan umur, membeli juga dibentuk oleh family life cycle. Faktor-faktor penting yang berhubungan dengan umur sering diperhatikan oleh para pelaku pasar. Ini mungkin dikarenakan oleh perbedaan yang besar dalam umur antara orang-orang yang menentukan strategi marketing dan orang-orang yang membeli produk atau servis. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp.205-206)
e. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Contohnya, pekerja konstruksi sering membeli makan siang dari catering yang datang ke tempat kerja. Bisnis eksekutif, membeli makan siang dari full service restoran, sedangkan pekerja kantor membawa makan siangnya dari rumah atau membeli dari restoran cepat saji terdekat (Kotler, Bowen,Makens, 2003, p. 207).
3. Faktor Psikologi
a. Motivasi
Kebutuhan yang mendesak untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan dari kebutuhan. Berdasarkan teori Maslow, seseorang dikendalikan oleh suatu kebutuhan pada suatu waktu. Kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hierarki, dari yang paling mendesak sampai paling tidak mendesak (kebutuhan psikologikal, keamanan, sosial, harga diri, pengaktualisasian diri). Ketika kebutuhan yang paling mendesak itu sudah terpuaskan, kebutuhan tersebut berhenti menjadi motivator, dan orang tersebut akan kemudian mencoba untuk memuaskan kebutuhan paling penting berikutnya (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.214).
b. Persepsi
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasi, dan menerjemahkan informasi untuk membentuk sebuah gambaran yang berarti dari dunia. Orang dapat membentuk berbagai macam persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.215).
c. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses, yang selalu berkembang dan berubah sebagai hasil dari informasi terbaru yang diterima (mungkin didapatkan dari membaca, diskusi, observasi, berpikir) atau dari pengalaman sesungguhnya, baik informasi terbaru yang diterima maupun pengalaman pribadi bertindak sebagai feedback bagi individu dan menyediakan dasar bagi perilaku masa depan dalam situasi yang sama (Schiffman, Kanuk, 2004, p.207).
d. Beliefs and Attitude
Beliefs adalah pemikiran deskriptif bahwa seseorang mempercayai sesuatu. Beliefs dapat didasarkan pada pengetahuan asli, opini, dan iman (Kotler, Amstrong, 2006, p.144). Sedangkan attitudes adalah evaluasi, perasaan suka atau tidak suka, dan kecenderungan yang relatif konsisten dari seseorang pada sebuah obyek atau ide (Kotler, Amstrong, 2006, p.145).
4. Faktor Kebudayaan
Nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang melalui keluarga dan lembaga penting lainnya (Kotler, Amstrong, 2006, p.129). Penentu paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Culture, mengkompromikan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang secara terus-menerus dalam sebuah lingkungan. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp.201-202).
a. Subkultur
Sekelompok orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan persamaan pengalaman hidup dan keadaan, seperti kebangsaan, agama, dan daerah (Kotler, Amstrong, 2006, p.130). Meskipun konsumen pada negara yang berbeda mempunyai suatu kesamaan, nilai, sikap, dan perilakunya seringkali berbeda secara dramatis. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.202).
b. Kelas Sosial
Pengelompokkan individu berdasarkan kesamaan nilai, minat, dan perilaku. Kelompok sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor saja misalnya pendapatan, tetapi ditentukan juga oleh pekerjaan, pendidikan, kekayaan, dan lainnya (Kotler, Amstrong, 2006, p.132).
Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian menurut Schiffman, Kanuk (2004, p.547) adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan untuk membeli dapat mengarah kepada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan. Bentuk proses pengambilan keputusan tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
 Fully Planned Purchase, baik produk dan merek sudah dipilih sebelumnya. Biasanya terjadi ketika keterlibatan dengan produk tinggi (barang otomotif) namun bisa juga terjadi dengan keterlibatan pembelian yang rendah (kebutuhan rumah tangga). Planned purchase dapat dialihkan dengan taktik marketing misalnya pengurangan harga, kupon, atau aktivitas promosi lainnya.
• Partially Planned Purchase, bermaksud untuk membeli produk yang sudah ada tetapi pemilihan merek ditunda sampai saat pembelajaran. Keputusan akhir dapat dipengaruhi oleh discount harga, atau display produk
• Unplanned Purchase, baik produk dan merek dipilih di tempat pembelian. Konsumen sering memanfaatkan katalog dan produk pajangan sebagai pengganti daftar belanja. Dengan kata lain, sebuah pajangan dapat mengingatkan sesorang akan kebutuhan dan memicu pembelian (Engel, F. James, et.al , 2001, pp.127-128)
Contoh Kasus
Perilaku konsumen di industri teknologi ini memang menarik untuk dipahami. Karena industri ini memiliki nilai pasar yang sangat besar. Seiring dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat semakin banyak orang-orang yang membeli gadget terbaru dengan alasan sedang tren dan tidak mau ketinggalan jaman atau menunjukkan gaya hidup dari orang tersebut. Padahal kegunaan dari gadget itu sendiri selebihnya hampir sama dengan gadget kebanyakan, antara lain sebagai alat komunikasi dan alat dokumentasi. Contohnya penggunaan handphone, banyak konsumen mulai mengganti handphone-nya dengan merek tertentu karena sedang tren karena menggunakan fasilitas aplikasinya dan lain sebagainya. Handphone jaman sekarang bila ingin laku di pasaran setidaknya harus memiliki fasilitas internet, kamera dan mp3 player. Hal ini pun membuat konsumen selalu ingin memiliki handphone dengan fasilitas tercanggih.
Kesimpulan
Jika dilihat dari perilaku konsumen yang telah dianalisa diatas, didapat kesimpulan bahwa konsumen mempunyai sifat yang selalu ingin mengikuti perkembangan jaman yang membuat kebanyakan dari konsumen lebih peduli akan trend atau gaya hidup dari pada kebutuhan. Intinya kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap suatu barang di pengaruhi oleh keadaan lingkungan di sekitarnya.
Saran
Jangan mudah terpengaruh keinginan sesaat, telitilah sebeum membeli, apakah barang yang akan kita beli itu termasuk kebutuhan atau keinginan dan apakan bermanfaat untuk kita. Selain itu kurangi pembelian barang yang kurang perlu untuk mengurangi pengeluaran dan mencegah kita menjadi konsumen yang konsumtif.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_konsumen